Kata korduroi sebenarnya digunakan untuk menggambarkan jenis kain yang memiliki pola garis-garis timbul secara parallel pada permukaan kain. Bahan kain ini dulunya terbuat dari cotton, yang dimana serat serat pada kain tersebut di-twist (dipuntir) sebelum akhirnya ditenun. Ketika proses penenunan selesai, struktur fiber atau serat –serat tersebut menghasilkan pola garis-garis parallel pada permukaan kain.
Kain korduroi, jika dilihat sekilas seperti terbuat dari sambungan garis garis parallel, garis-garis ini disebut juga dengan nama ‘cord’. Diantara garis garis atau cord ini terdapat sebuah jalur (base) yang memisahkan tiap cord dan berperan juga sebagai alas dasar atau base. Ketebalan pada sebuah garis cord inilah yang mempengaruhi seberapa besar kehangatan yang bisa dihasilkan dari kain tersebut. Hari ini, kain korduroi banyak ditemukan terbuat dari berbagai jenis serat seperti katun, acrylic, rayon, poliester, dan gabungan dari beberapa jenis serat.
Untuk membuat kain corduroy, penenunan set serat tambahan dilakukan pada dasar kain supaya menghasilkan garis vertikal di sepanjang kain. Istilah ‘wale’ merupakan lebar dari sebuah garis cord pada kain korduroi. Makin sedikit jumlah cord dalam satu inci maka semakin tebal pula ukuran wale nya (contoh, 6-wale lebih tebal daripada 12-wale per inci).
Untuk pembuatan celana dan kain pelapis funitur (terutama sofa) biasanya membutuhkan ukuran wale yang lebih besar, sedangkan ukuran wale medium atau lebih kecil digunakan untuk pakaian yg dikenakan diatas pinggang. Korduroi dengan wale lebih kecil biasanya lebih lembut tetapi kurang begitu awet.
Perbedaan antara korduroi dan beludru adalah kain beludru (velvet) memiliki tumpukan struktur fiber yang lebih tebal yang diakibatkan oleh loops pada lungsin, sedangkan tumpukan kain korduroi dihasilkan oleh ekstra fiber tambahan pada pakan.
Yang membedakan korduroi dengan kain tumpukan (pile) lainnya adalah korduroi ditenun dengan ekstra benang tambahan pada pakan (dari sinilah terbentuknya wale), sedangkan kain pile lainnya biasanya memiliki permukaan timbul karena serat loops yang memanjang muncul pada permukaan.
Salah satu karakteristik dari kain korduroi adalah tekstur yang tidak kasar, lembut, tahan lama dan telah digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan selama dua abad. Dulu, kain ini digunakan untuk pakaian olah raga dan pakaian kerja bagi kaum pria. Sekarang anda bisa lihat kain korduroi banyak dipakai dalam berbagai keperluan termasuk untuk membuat kemeja, celana, opi, rok, dress, gaun, karpet, sweater, gorden, mainan dan soft furnishing.
Sifat dan karakteristik korduroi belum banyak berubah sejak akhir abad ke-18. Banyak nama lain yang digunakan untuk jenis kain ini, antara lain pin cord, elephant cord, manchester cloth, corded velveteen dan cords. Kain korduroi juga sering digabung dengan bahan spandek, hasilnya sebuah kain korduroi yang dapat diregang (stretch) secara vertikal ataupun horizontal.
Kain korduroi, jika dilihat sekilas seperti terbuat dari sambungan garis garis parallel, garis-garis ini disebut juga dengan nama ‘cord’. Diantara garis garis atau cord ini terdapat sebuah jalur (base) yang memisahkan tiap cord dan berperan juga sebagai alas dasar atau base. Ketebalan pada sebuah garis cord inilah yang mempengaruhi seberapa besar kehangatan yang bisa dihasilkan dari kain tersebut. Hari ini, kain korduroi banyak ditemukan terbuat dari berbagai jenis serat seperti katun, acrylic, rayon, poliester, dan gabungan dari beberapa jenis serat.
Untuk membuat kain corduroy, penenunan set serat tambahan dilakukan pada dasar kain supaya menghasilkan garis vertikal di sepanjang kain. Istilah ‘wale’ merupakan lebar dari sebuah garis cord pada kain korduroi. Makin sedikit jumlah cord dalam satu inci maka semakin tebal pula ukuran wale nya (contoh, 6-wale lebih tebal daripada 12-wale per inci).
Untuk pembuatan celana dan kain pelapis funitur (terutama sofa) biasanya membutuhkan ukuran wale yang lebih besar, sedangkan ukuran wale medium atau lebih kecil digunakan untuk pakaian yg dikenakan diatas pinggang. Korduroi dengan wale lebih kecil biasanya lebih lembut tetapi kurang begitu awet.
Perbedaan antara korduroi dan beludru adalah kain beludru (velvet) memiliki tumpukan struktur fiber yang lebih tebal yang diakibatkan oleh loops pada lungsin, sedangkan tumpukan kain korduroi dihasilkan oleh ekstra fiber tambahan pada pakan.
Yang membedakan korduroi dengan kain tumpukan (pile) lainnya adalah korduroi ditenun dengan ekstra benang tambahan pada pakan (dari sinilah terbentuknya wale), sedangkan kain pile lainnya biasanya memiliki permukaan timbul karena serat loops yang memanjang muncul pada permukaan.
Salah satu karakteristik dari kain korduroi adalah tekstur yang tidak kasar, lembut, tahan lama dan telah digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan selama dua abad. Dulu, kain ini digunakan untuk pakaian olah raga dan pakaian kerja bagi kaum pria. Sekarang anda bisa lihat kain korduroi banyak dipakai dalam berbagai keperluan termasuk untuk membuat kemeja, celana, opi, rok, dress, gaun, karpet, sweater, gorden, mainan dan soft furnishing.
Sifat dan karakteristik korduroi belum banyak berubah sejak akhir abad ke-18. Banyak nama lain yang digunakan untuk jenis kain ini, antara lain pin cord, elephant cord, manchester cloth, corded velveteen dan cords. Kain korduroi juga sering digabung dengan bahan spandek, hasilnya sebuah kain korduroi yang dapat diregang (stretch) secara vertikal ataupun horizontal.
EmoticonEmoticon